Graffiti sudah mulai ada sejak zaman purba, dahulu masih berupa
coretan-coretan biasa di dinding. Kemudian graffiti terus berkembang di
zaman Mesir Kuno dan Romawi. Akan sangat panjang jika kita membahas
sejarah graffiti secara lengkap! Lalu bagaimana dengan sejarah graffiti
di Indonesia sendiri?
Di Indonesia, pada masa perang kemerdekaan graffiti menjadi alat
propaganda yang efektif dalam menggelorakan semangat melawan penjajah
Belanda. Keberanian menuliskan graffiti bisa jadi mempertaruhkan nyawa
si pelakunya. Pelukis Affandi misalnya pada masa peperangan melawan
penjajahan pernah membuat slogan yang dia buat sendiri yang bertuliskan
”Boeng Ajo Boeng!”. Dia menuliskannya di tembok-tembok jalanan.
Sejarah graffiti Indonesia modern juga tidak bisa terlepas dari peran
tembokbomber.com, sebuah website komunitas street art terbesar di
Indonesia. Tembokbomber ini bermula dari sebuah thread diskusi berjudul
STREET ART di sebuah forum desain grafis lokal bernama Godote Forum.
Thread tersebut dimulai oleh Darbotz, yang saat ini dikenal sebagai
salah satu street artist ternama. Thread yang membahas segala sesuatu
tentang street art ini sangat ramai dan digemari. Mulai dari posting
foto-foto graffiti, membahas teknik stensil, atau sekedar berkomentar.
Pada tahun 2003, atas dasar ketertarikan yang sama terhadap street art,
Aram (Wormo – Toter/FAB Family) berinisiatif mengajak beberapa member
Godote Forum yang sering meramaikan thread street art tersebut untuk
membuat sebuah mailing list, khusus untuk membahas lebih mendalam
tentang street art. Orang-orang tersebut adalah Darbotz, Randy, Booi
(RangerBastards), Godo (VektorJunkie), Grompol (mantan Art Director di
Wadezig!) dan Ing (Creative Director/Co-founder Wadezig!).
Selain berdiskusi di milis, orang-orang ini juga dikenal telah aktif
turun ke jalan, dan menjadi awal dari mewabahnya street art di
Indonesia. Darbotz dengan stensil-stensil terorisnya yang kontroversial,
atau Grompol yang memenuhi kota Jogja dengan stensil-stensil
provokatif, dan Aram dengan wheatpaste karakter cacing betonnya.
Stereoflow dan Shake dari FAB Family juga dikenal sebagai salah satu
pionir graffiti di Bandung. Saat itu mereka berdua dikenal sebagai Tag
Team.
Sejak itu, pergerakan street art di Indonesia berkembang dengan sangat
cepat. Karya-karya Darbotz mulai banyak dibicarakan. Graffiti-graffiti
bagus mulai bermunculan. Di jalanan kota Jakarta, Bandung, Jogja, dan
kota-kota lainnya mulai banyak terlihat berbagai macam seni jalanan,
mulai dari graffiti, stensil, mural, wheatpaste, karakter, dan
lain-lain. Perkembangannya yang sangat pesat ini membuat Ke-7 orang yang
ada di mailinglist tadi mulai merasakan perlunya wadah atau tempat
untuk memamerkan karya-karya jalanan ini. Sebagaimana diketahui, seni
jalanan ini umurnya sangat pendek. Hari ini digambar, besok ditimpa oleh
gambar lain. Namanya juga ruang publik, jadi siapapun berhak melakukan
apa saja.
Terinspirasi dari woostercollective.com, pada tahun 2004 mereka pun
membuat sebuah website yang berfungsi untuk mendokumentasikan
karya-karya seni jalanan ini sekaligus menjadi wadah komunikasi antar
sesama seniman jalanan. Tidak hanya berupa blog, tembokbombr.com
juga membuat sebuah forum khusus street/urban arts. Komunitas yang
tadinya terpecah-pecah, akhirnya disatukan pada satu forum. Tidak ada
keanggotaan, atau eksklusivitas. Siapapun yang merasa melakukan kegiatan
seni rupa di jalanan, boleh meng-klaim dirinya sebagai anggota
tembokbomber.
Sepanjang 2005-2009 event-event urban/street art mewabah di Indonesia. Diawali oleh Medium Rare, acara pameran urban art yang diprakarsai oleh Whatnot X Tembokbomber X Footurama, sampai event internasional, Sneaker Pimps.
Selama masa itu, banyak sekali bermunculan street artists atau crew
yang kemudian memiliki nama besar, bahkan hingga saat ini. Sebut saja
Darbotz, TotalTerror, FAB Family, Artcoholic, MASE, UBC, KMC, dan masih
banyak lagi. Sejarah graffiti/street art Indonesia masih terus terukir
hingga saat ini. Wadezig! yang merupakan bagian dari sejarah street art
Indonesia ingin terus berkontribusi dan mendukung perkembangan street
art karena itu adalah akar dan “playground”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar