Senin, 31 Oktober 2016

sejarah grafiti

Graffiti sudah mulai ada sejak zaman purba, dahulu masih berupa coretan-coretan biasa di dinding. Kemudian graffiti terus berkembang di zaman Mesir Kuno dan Romawi. Akan sangat panjang jika kita membahas sejarah graffiti secara lengkap! Lalu bagaimana dengan sejarah graffiti di Indonesia sendiri?
Di Indonesia, pada masa perang kemerdekaan graffiti menjadi alat propaganda yang efektif dalam menggelorakan semangat melawan penjajah Belanda. Keberanian menuliskan graffiti bisa jadi mempertaruhkan nyawa si pelakunya. Pelukis Affandi misalnya pada masa peperangan melawan penjajahan pernah membuat slogan yang dia buat sendiri yang bertuliskan ”Boeng Ajo Boeng!”. Dia menuliskannya di tembok-tembok jalanan.
Sejarah graffiti Indonesia modern juga tidak bisa terlepas dari peran tembokbomber.com, sebuah website komunitas street art terbesar di Indonesia. Tembokbomber ini bermula dari sebuah thread diskusi berjudul STREET ART di sebuah forum desain grafis lokal bernama Godote Forum. Thread tersebut dimulai oleh Darbotz, yang saat ini dikenal sebagai salah satu street artist ternama. Thread yang membahas segala sesuatu tentang street art ini sangat ramai dan digemari. Mulai dari posting foto-foto graffiti, membahas teknik stensil, atau sekedar berkomentar. Pada tahun 2003, atas dasar ketertarikan yang sama terhadap street art, Aram (Wormo – Toter/FAB Family) berinisiatif mengajak beberapa member Godote Forum yang sering meramaikan thread street art tersebut untuk membuat sebuah mailing list, khusus untuk membahas lebih mendalam tentang street art. Orang-orang tersebut adalah Darbotz, Randy, Booi (RangerBastards), Godo (VektorJunkie), Grompol (mantan Art Director di Wadezig!) dan Ing (Creative Director/Co-founder  Wadezig!).
Selain berdiskusi di milis, orang-orang ini juga dikenal telah aktif turun ke jalan, dan menjadi awal dari mewabahnya street art di Indonesia. Darbotz dengan stensil-stensil terorisnya yang kontroversial, atau Grompol yang memenuhi kota Jogja dengan stensil-stensil provokatif, dan Aram dengan wheatpaste karakter cacing betonnya. Stereoflow dan Shake dari FAB Family juga dikenal sebagai salah satu pionir graffiti di Bandung. Saat itu mereka berdua dikenal sebagai Tag Team.
11580037506_57a6566b82_b
Sejak itu, pergerakan street art di Indonesia berkembang dengan sangat cepat. Karya-karya Darbotz mulai banyak dibicarakan. Graffiti-graffiti bagus mulai bermunculan. Di jalanan kota Jakarta, Bandung, Jogja, dan kota-kota lainnya mulai banyak terlihat berbagai macam seni jalanan, mulai dari graffiti, stensil, mural, wheatpaste, karakter, dan lain-lain. Perkembangannya yang sangat pesat ini membuat Ke-7 orang yang ada di mailinglist tadi mulai merasakan perlunya wadah atau tempat untuk memamerkan karya-karya jalanan ini. Sebagaimana diketahui, seni jalanan ini umurnya sangat pendek. Hari ini digambar, besok ditimpa oleh gambar lain. Namanya juga ruang publik, jadi siapapun berhak melakukan apa saja.
Terinspirasi dari woostercollective.com, pada tahun 2004 mereka pun membuat sebuah website yang berfungsi untuk mendokumentasikan karya-karya seni jalanan ini sekaligus menjadi wadah komunikasi antar sesama seniman jalanan. Tidak hanya berupa blog, tembokbombr.com juga membuat sebuah forum khusus street/urban arts. Komunitas yang tadinya terpecah-pecah, akhirnya disatukan pada satu forum. Tidak ada keanggotaan, atau eksklusivitas. Siapapun yang merasa melakukan kegiatan seni rupa di jalanan, boleh meng-klaim dirinya sebagai anggota tembokbomber.
Sepanjang 2005-2009 event-event urban/street art mewabah di Indonesia. Diawali oleh Medium Rare, acara pameran urban art yang diprakarsai oleh Whatnot X Tembokbomber X Footurama, sampai event internasional, Sneaker Pimps. Selama masa itu, banyak sekali bermunculan street artists atau crew yang kemudian memiliki nama besar, bahkan hingga saat ini. Sebut saja Darbotz, TotalTerror, FAB Family, Artcoholic, MASE, UBC, KMC, dan masih banyak lagi. Sejarah graffiti/street art Indonesia masih terus terukir hingga saat ini. Wadezig! yang merupakan bagian dari sejarah street art Indonesia ingin terus berkontribusi dan mendukung perkembangan street art karena itu adalah akar dan “playground”

sejarah jakarta

Kota pelabuhan ini pada mulanya bernama Sunda Kelapa, namun pada 22 Juni 1527 Pangeran Fatahillah menghancurkan Sunda Kelapa dan sebagai gantinya mendirikan kota Jayakarta di area tersebut. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai tanggal berdirinya kota Jakarta.
Kota Jayakarta berkembang sebagai kota pelabuhan yang sibuk, dimana para pedagang dari Cina, India, Arab dan Eropa serta dari Negara-negara lainnya saling bertukar barang-barang/komoditi.


Tahun 1619, Pemerintahan Belanda (VOC) di bawah kepemimpinan Jan PieterszoonCoen menghancurkan Jayakarta dan dengan serta merta membangun kota baru yang terletak di bagian barat sungai Ciliwung, yang dia namakan Batavia, nama yang diambil dari Batavieren, nenek moyang bangsa Belanda

Batavia direncanakan dan dibangun nyaris mirip dengan kota-kota di Belanda, yaitu dibangun dalam bentuk blok, masing-masih dipisahkan oleh kanal dan dilindungi oleh dinding sebagai benteng, dan parit. Batavia ini selesai dibangun pada 1650. Batavia tua adalah tempat tinggal bangsa Eropa, sementara bangsa Cina, Jawa dan penduduk asli lainnnya disingkirkan ke tempat lainnya.


Di masa-masa kejayaannya Batavia yang terkenal sebagai ‘Permata dari timur’, diduduki oleh VOC dan kemudain akhirnya diduduki pemerintah Belanda yang terbentang luas di kepulauan Hindia timur.
Kemudian pada masa penjajahan Jepang di tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi Jakarta.

sejarah jokowi

dimulai ketika beliau dilahirkan dengan nama kecil Mulyono. Jokowi merupakan lulusan Fakultas Kehutanan di Unviersitas Gajah Mada, dan melanjutkan hidupnya dengan menjadi pengusaha mebel. Baru pada tahun 2005-lah karirnya sebagai politisi dimulai dengan terpilihnya ia menjadi Walikota Surakarta, dan namanya sendiri mulai lekat pada hati masyarakat sebagai seorang yang berhasil dan mampu mengubah Surakarta menjadi kota batik, budaya, dan pariwisata. Karir politiknya memasuki babak baru ketika pada 20 September 2012, beliau berhasil terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta yang ke-16 setelah berhasil mengalahkan saingannya dalam Pilkada tahun itu. Pada tahun 2014, Jokowi mencalonkan diri sebagai calon presiden dan berhasil memenangkan suara terbanyak, menyebabkan terpilihnya ia menjadi presiden Indonesia yang ke-7, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono yang telah memerintah selama dua periode.
Sejarah Singkat Kisah Hidup Jokowi - Presiden Indonesia ke-7
Sejarah Hidup Jokowi Mulai dari Masa Kecilnya
Kisah hidup Jokowi dimulai saat ia dilahirkan dari pasangan yang bernama Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Jokowi kecil merupakan anak pertama dan anak laki-laki satu-satunya, menjadi kakak dari tiga adik perempuannya yang bernama Iit Sriyantini, Ida Yati dan Titik Relawati. Ayahnya adalah orang Karanganyar, dan kakek-neneknya berasal dari desa yang ada di Boyolali. Pendidikan yang ditempuh Jokowi kecil bukan merupakan sebuah pendidikan di sebuah sekolah elit, malah ia masuk ke sebuah SD bernama SD Negeri 111 Tirtoyoso, sebuah sekolah yang terkenal menjadi sekolah kalangan orang-orang menengah ke bawah. Hidup Jokowi kecil jauh dari kata-kata kaya dan nyaman, karena ia diharuskan untuk berdagang, menjajakan ojek payung, atau bahkan menjadi kuli panggul. Semua itu ia lakukan agar ia bisa membeli peralatan sekolahnya sendiri, sekaligus agar ia bisa mendapatkan uang jajan.
Kesederhanaan Jokowi kecil bisa dilihat dari kebiasaannya pergi ke sekolah, dimana saat teman-temannya menggunakan sepeda untuk pergi ke sekolah, Jokowi kecil lebih memilih untuk berjalan kaki. Jokowi memulai pekerjaannya sebagai penggergaji ketika ia berumur 12 tahun, ketika ia sadar bahwa ia memiliki keahlian dalam dunia pertukang kayu-an. Selama masa kecilnya ini Jokowi telah mengalami penggusuran rumah sebanyak tiga kali. Setelah mengalami sendiri rasanya penggusuran rumah membuat hal ini memengaruhi pola pikir Jokowi dan caranya memimpin ketika ia menjadi Walikota Surakarta saat diharuskan untuk menertibkan pemukiman warga yang ada pada tempat yang tidak seharusnya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di SD, kisah perjalanannya berlanjut dengan meniti jalur pendidikannya di SMP Negeri 1 Surakarta. Setelah berhasil lulus pendidikan menengah, Jokowi awalnya berniat untuk melanjutkan studi ke SMA Negeri 1 Surakarta yang gagal ia raih sehingga ia memilih untuk masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta. Pendidikan tingkat atas berhasil diselesaikan, dan kini Jokowi kecil bertekad untuk lagi-lagi melanjutkan studi, dan Jurusan Kehutanan dari fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada-lah yang menjadi pilihan utamanya. Dengan kemampuan akademis yang ia miliki, Jokowi akhirnya berhasil meraih kursi di universitas tersebut. Kesempatan itu akhirnya ia pergunakan sungguh-sungguh untuk mempelajari struktur kayu, teknologi, dan pemanfaatannya. Skripsi yang ia tulis sebagai syarat kelulusan pendidikan tingginya berjudul “Studi Tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta”.
Kelulusan Jokowi muda di tahun 1985 menuntunnya untuk bekerja di BUMN, tepatnya di sebuah perusahaan bernama PT Kertas Kraft Aceh, membuatnya ditempatkan di Gayo, Aceh Tengah. Pada tahun 1986, Jokowi muda menikahi Iriana di Solo. Beberapa tahun setelahnya, Jokowi memilih pulang dari Aceh dan kembali ke sisi istrinya yang saat itu tengah hamil tujuh bulan. Setelah keluar dari PT Kertas Kraft Aceh, Jokowi mulai berpikir untuk bergabung dengan usaha milik pamannya yang kebetulan ada di bidang kayu, yaitu CV Roda Jati. Pada tahun 1988, Jokowi memutuskan untuk mencoba peruntungannya dengan membuka usahanya sendiri yang ia beri nama CV Rakabu, nama yang sama dengan anak pertamanya. CV Rakabu sempat menjadi sangat berjaya dalam dunia permebelan, meski begitu perusahaan mebel ini jatuh dan hancur ketika ia dibohongi seorang klien dengan pesanan yang tidak dibayar.
Sejarah singkat kisah hidup Jokowi – presiden Indonesia di bidang politik bermula ketika ia mencalonkan diri sebagai calon walikota Surakarta yang diusung oleh PDI-P dan PKB pada tahun 2005. Pemilihan tersebut berhasil dimenangkan oleh Jokowi yang berhasil memegang angka 36.62%. Setelah akhirnya berhasil terpilih, Solo ia kembangkan dengan pengalaman yang telah ia miliki semasa muda. Ketika ada di bawah pimpinannya, Solo mulai menjadi kajian di universitas-universitas luar negeri dan mulai berubah secara drastis. Pada masa pemerintahannya pula bus Batik Solo Trans diperkenalkan kepada masyarakat. Selain itu, banyak kawasan-kawasan yang diremajakan dan Solo juga mulai menjadi tuan rumah dari banyak acara internasional. Berkat hasil kerjanya, ia berhasil memenangkan lagi pemilu Surakarta pada tahun 2010 dengan total suara yang melebihi 90%. Pada tahun 2012, ia kemudian dicalonkan sebagai calon gubernur DKI Jakarta oleh beberapa politisi PDI-P.
Sejarah hidup Jokowi memasuki babak baru ketika pada tahun 2012 ia diminta menjadi calon gubernur DKI Jakarta oleh Jusuf Kalla secara pribadi. Setelah pemilu periode 1 berakhir dengan kemenangan Jokowi yang tipis dari Fauzi Bowo, pemilu kembali diulang, meski begitu Jokowi kembali memenangkan periode ke-2 dari pilkada ini. Jokowi kemudian dicalonkan menjadi calon presiden oleh PDI-P dan berhasil memenangkan pemilu, membuatnya menjadi presiden ke-7.

sejarah soekarno

SEJARAH HIDUP PRESIDEN SOEKARNO


Ir Soekarno dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia dan juga sebagai Pahlawan Proklamasi, Soekarnoyang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta. Saat ia lahir dinamakan Koesno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.  



Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi IT. Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.


Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda  memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929.


Saat dipenjara, Soekarno mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh kebutuhan hidup dipasok oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno, Sukarmini atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo. Saat dipindahkan ke penjara Sukamiskin, pengawasan terhadap Soekarno semakin keras dan ketat.

Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk mengisolasi Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan dengan para tahanan 'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari orang Belanda yang terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu saja, obrolan dengan mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang bersemangat membahas perjuangan kemerdekaan. Paling banter yang dibicarakan adalah soal makanan, cuaca, dan hal-hal yang tidak penting. Beberapa bulan pertama menjadi tahanan di Sukamiskin, komunikasi Bung Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya nyaris putus sama sekali. Tapi sebenarnya, ada berbagai cara dan akal yang dilakukan Soekarno untuk tetap mendapat informasi dari luar.

Hal itu terjadi saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman makanan dan telur dari luar. Telur yang merupakan barang dagangan Inggit itu selalu diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima Bung Karno. Seperti yang dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat komunikasi untuk mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila Inggit mengirim telur asin, artinya di luar ada kabar buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno. Namun dia hanya bisa menduga-duga saja kabar buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa menjelaskan secara detail.

Seiring berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur. Namun, telur tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan lebih detail mengenai kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu tusukan di telur berarti semua kabar baik, dua tusukan artinya seorang teman ditangkap, dan tiga tusukan berarti ada penyergapan besar-besaran terhadap para aktivis pergerakan kemerdekaan.

Selama menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua orangtuanya yang berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat anak yang mereka banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan dalam posisi yang tidak berdaya.

Apalagi, saat di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian kurus dan hitam. Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk memanaskan tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, gelap, dan dingin. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.



Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.


Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”.

Presiden Soekarno dan Ibu fatmawati


Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga dengan mudah menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya. Sejarah mencatat Bung Karno sembilan kali menikah. Namun banyak yang tidak tahu wanita seperti apa yang dicintai Sang Putra Fajar itu. Untuk urusan kriteria ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria neko-neko. Perhatian Bung Karno akan mudah tersedot jika melihat wanita sederhana yang berpakaian sopan. Lalu, bagaimana Bung Karno memandang wanita berpenampilan seksi? Pernah di satu kesempatan ketika sedang jalan berdua dengan Fatmawati, Bung Karno bercerita mengenai penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung Karno benar-benar sedang jatuh hati pada Fatmawati.


"Pada suatu sore ketika kami sedang berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya padaku tentang jenis perempuan yang kusukai," ujar Soekaro dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antar Kota. Sesaat Bung Karno memandang sosok Fatmawati yang saat itu berpakaian sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. "Aku memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian baju kurung merah dan berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan padanya, aku menyukai perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang pakai rok pendek, baju ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata Soekarno.

"Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga suaminya dan senatiasa mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai wanita Amerika dari generasi baru, yang saya dengar menyuruh suaminya mencuci piring," tambahnya. Mungkin saat itu Fatmawati begitu terpesona mendengar jawaban Soekarno yang lugas. Sampai pada akhirnya jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno menikah dengan Fatmawati pada tahun 1943, dan dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. "Saya menyukai perempuan yang merasa bahagia dengan anak banyak. Saya sangat mencintai anak-anak," katanya.

Menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun perkawinan, Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun pernikahan ke-1, ke-2 atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak pernah ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut perang. Saat itu Perang Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru datang untuk menjajah Indonesia.

"Kami tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin emas. Sebab kami anggap itu soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan besar yang hebat dan dahsyat," begitu cerita Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota, 1978.

Kehidupan pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang penuh dengan gejolak perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah, Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru saat itu perjuangan fisik mencapai puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat dalam setiap momen-momen penting perjuangan bangsa. Pasangan ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir pada saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal memiliki bakat kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung Karno adalah sosok pengagum karya seni, sementara Ibu Fatmawati sangat pandai menari.

Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita wayang sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang jika ada pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di batu tulisnya. Saat ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah wayanglah yang memberi kekuatan pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin kebenaran akan menang, walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia.

"Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan menghiburku. Dia juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku. Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur nyenyak dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas yang jahat," ujar Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007. Soekarno tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari seantero negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat datang yang dilakukan oleh penduduk Papua. Karena kecintaan Soekarno pada seni dan budaya, Istana Negara penuh dengan aneka lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut. Dia menghargai setiap seniman, budayawan hingga penabuh gamelan. Soekarno akan meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi, di samping bicara politik.


Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan mengiventarisir musik-musik keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan kemudian menghilang. Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil menyelamatkan beberapa karya keroncong. Setlah itu Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi".

Detik Detik Kematian Sang Presiden
  • Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.
     
  • Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.
     
  • Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.
     
  • Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.
     
  • Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu
     
  • Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini.
     
  • “Pak, Pak, ini Ega…”
     
  • Senyap.
     
  • Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.
     
  • Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.
     
  • Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.
     
  • Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.
     
  • Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.
     
  • “Hatta.., kau di sini..?”
     
  • Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.
     
  • “Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”
     
  • Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.
     
  • Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?
     
  • Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.
     
  • Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.
     
  • Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.
     
  • “No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.
     
  • Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.
     
  • Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.
     
  • Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.
     
  • Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.
     
  • Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.
     
  • Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.
  • Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan. 
  • Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada. 
  • Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.
Isu di bunuh secara perlahan

Banyak Keyakinan orang banyak bahwa Bung Karno dibunuh secara perlahan mungkin bisa dilihat dari cara pengobatan proklamator RI ini yang segalanya diatur secara ketat dan represif oleh Presiden Soeharto. Bung Karno ketika sakit ditahan di Wisma Yasso (Yasso adalah nama saudara laki-laki Dewi Soekarno) di Jl. Gatot Subroto. Penahanan ini membuatnya amat menderita lahir dan bathin. Anak-anaknya pun tidak dapat bebas mengunjunginya.

Banyak resep tim dokternya, yang dipimpin dr. Mahar Mardjono, yang tidak dapat ditukar dengan obat. Ada tumpukan resep di sebuah sudut di tempat penahanan Bung Karno. Resep-resep untuk mengambil obat di situ tidak pernah ditukarkan dengan obat. Bung Karno memang dibiarkan sakit dan mungkin dengan begitu diharapkan oleh penguasa baru tersebut agar bisa mempercepat kematiannya.

Permintaan dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari Cina pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk sekadar menebus obat dan mengobati gigi yang sakit, harus seizin dia, ” demikian Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita.

Kata Kata Bijak Soekarno
  1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]
  2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
  3. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
  4. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
  5. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
  6. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
  7. Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan
  8. Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.
  9. Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
  10. Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya
  11. Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.

bendera merah putih

Warna merah-putih bendera negara diambil dari warna panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13. Akan tetapi ada pendapat bahwa pemuliaan terhadap warna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal-mulanya dari mitologi bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit; keduanya dilambangkan dengan warna merah (tanah) dan putih (langit). Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia dari Tahiti, Indonesia, sampai Madagaskar.
Sang Saka Merah Putih – Sejarah Bendera Merah Putih

Sejarah Bendera Merah Putih

Merah dan putih kemudian digunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling berpasangan. Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera merah putih dapat ditemukan dalam Pararaton; menurut sumber ini disebutkan balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang mengibarkan panji berwarna merah dan putih saat menyerang Singhasari.
[Baca juga Sejarah Kemerdekaan Indonesia]
Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah digunakan sebagai panji kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri. Pembuatan panji merah putih pun sudah dimungkinkan dalam teknik pewarnaan tekstil di Indonesia purba. Warna putih adalah warna alami kapuk atau kapas katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara zat pewarna merah alami diperoleh dari daun pohon jati, bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), atau dari kulit buah manggis.
Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih. Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII.
Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. – Sejarah Bendera Merah Putih.
Di zaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang. Panji kerajaan Badung yang berpusat di Puri Pamecutan juga mengandung warna merah dan putih, panji mereka berwarna merah, putih, dan hitam yang mungkin juga berasal dari warna Majapahit.
Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda. Kemudian, warna-warna yang dihidupkan kembali oleh para mahasiswa dan kemudian nasionalis di awal abad 20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap Belanda. Bendera merah putih digunakan untuk pertama kalinya di Jawa pada tahun 1928. Di bawah pemerintahan kolonialisme, bendera itu dilarang digunakan. Bendera ini resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika kemerdekaan diumumkan dan resmi digunakan sejak saat itu pula.

Julukan Bendera Merah Putih – Sejarah Bendera Merah Putih

Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk Bendera Pusaka, bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.
Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944. Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah kain wool dari London) yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI.
Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm. Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.
Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya ‘menyaksikan’ dari dalam kotak penyimpanannya.
Itulah sejarah bendera merah putih sebagai bendera kebanggaan bangsa Indonesia. Bendera merah putih bukan sekedar bendera, btuh perjuangan sampai titik darah untuk kemudian bendera merah putih bisa dikibarkan sebagai bendera negara Republik Indonesia.